KATA BAKU DAN TIDAK BAKU BAHASA
INDONESIA
Nama Kelompok 2 :
1. Kholifatur Rosyida
2. Arif Bangkit P.
3. Muharrom
4. Nur Alim
5. Sahal Naser
6. Irpandi
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
INDONESIA JAKARTA
FAKULTAS TEKNIK
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Penggunaan Kata Baku dan
Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia . Sehubungan
dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada ibu Iqlima
Naqia selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia.
Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
Jakarta, 17 September
2017
Penyusun
Kelompok 2
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh
masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia.
Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal
dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah
pemuda. Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping
menjadi alat komunikasi antar etnis yang mempunyai bahasa daerah masing-masing
sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi
efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu
pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting untuk mempelajari bahasa
Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak
akan hilang.
Bahasa
Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar
dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa
Indonesia. Dalam bahasan Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana
bahasa baku merupakan standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa
Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka
memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal
ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku
sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi
kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi
kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).
Slogan
“pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang
tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus
menggunakan bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang
menarik untuk dibahas tentang pengertian bahasa baku, pengertian
bahasa tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku, pengertian bahasa
Indonesia tidak baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak baku, pemakaian
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta contoh-contoh kesalahan
berbahasa.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut ;
Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
Apa yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa?
Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
Mengetahui pengertian dari bahasa baku.
Mengetahui pengertian bahasa tidak baku.
Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
Mengetahui pengertian bahasa Indonesia tidak baku.
Dapat menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia baku.
Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa baku
ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk
dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan
sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam
resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.
Pei dan Geynor
(1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang
memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan
disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling
sempurna.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan
:
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang
dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga, standar).
baku II
saling (1976 : 79)
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71),
kata bakujuga ada dijelaskan.
baku I
pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau
kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II
saling
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain
menjelaskan makna kata baku.
baku I
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar
baku II
(Manado), saling (1996 : 144)
Baku dalam
bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena
itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran,
atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup
untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat
3 aspek yang saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan
sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.
Istilah
kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa
Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau
aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam berbahasa (Alwasilah,
1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau
ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman
tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai
norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu
berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar
efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi
kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai
dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa.
Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan
tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam
pemakaian bahasa baku.
Bahasa baku
atau bahasa standar itu
harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan
penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan
menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku
itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara
umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi
tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Istilah bahasa
baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris dalam
dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku
sebagai bentuk bahasa yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai
model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Di dalam Bahasa
dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian bahwa bahasa
baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima,
dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104).
Didalam tata bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan
menengah, Gorys Keraf berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang
dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu
(1991 : 8).
Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan
penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki
sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang
digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat
gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai
kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara
tertulis maupun terucap.
Menurut Indradi
(2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan
yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis
dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Bahasa Indonesia Baku
Bahasa
Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai
model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Contoh pada Undang-undang dasar :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa
kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan bahasa baku, dan
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa
Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan
sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh
masyarakat secara khusus
Kata Baku Dalam Berbagai Segi
Baku dari Segi Lafal
Lafal baku bahasa
Indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi ciri-ciri bahasa daerah
atau bahasa asing. Lafal yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya
akan muncul pula dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal
bahasa lisan itu. Contoh Enem-Enam, Gubug-gubuk, dudu’-duduk dll.
Baku dari Segi Ejaan
Ejaan bahasa
Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972. Nama Ejaan Bahasa Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (disingkat EYD). Oleh karena itu, semua kata yang
tidak ditulis menurut kaidah yang diatur dalam EYD adalah kata yang tidak baku.
Yang ditulis sesuai dengan aturan EYD adalah kata yang baku. Contoh :
ekpres,espres-ekspres, komplek-kompleks,sistim-system, do’a-doa,jum’at-Jumat,
jadual-jadwal nasehat-nasihat, apotik-apotek, kwalitas,kwalitet=kualitas, kosa
kata=kosakata, wali kota=walikota, aktip-aktif, standardisasi=standarisasi,
sub-judul=subjudul, dll.
Baku dari Segi Gramatikal
Secara gramatikal kata-kata baku ini harus dibentuk menurut kaidah-kaidah
gramatika. Contoh : Beliau ngontrakrumah di Gresik.
Gubernur tinjau daerah longsor. Dia punyakedudukkan penting di
kantor itu. Tolong bikin bersih ruangan ini.
Baku dari Segi Nasional
Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional” hendaknya
jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari bahasa daerah itu
sudah bersifat nasional, artinya, sudah menjadi bagian dari kekayaan
kosakata bahasa Indonesia boleh saja digunakan.
Contoh : lempeng-lurus, ndak, nggak-tidak, banget-sekali,sangat
Semrawut-kacau, manut-menurut, mudun-turun, ngomong-bicara,
dll.
Baku dari Bahasa Asing
Kata serapan
dari bahasa asing disebut baku kalau ejaannya telah dibuat menurut pedoman
penyesuaian ejaan bahasa asing seperti yang disebutkan dalam EYD maupun dalam
buku Pedoman Pembentukan Istilah.
Contoh : standard-standar, standardisasi-standarisasi,
kolektip-kolektif certifikat-sertifikat, analisa-analisis, kwantitas-kuantitas,
konsekwen-konsekuen, dll.
Namun, perlu
diperhatikan penyesuaian dari bahasa asing yang tidak ditulis dengan huruf
latin (seperti bahasa Arab dan bahasa cina) ada yang disebut transkripsi dan
tranliterasi. Transkripsi adalah penulisan sesuai dengan “bunyi”, sedangkan
transliterasi adalah penyesuaian huruf demi huruf. Umpamanya, dari bahasa Arab
secara transkripsi ditulis attakwa, arrahman, annisa; dan secara transliterasi
ditulis al-taqwa, al-rahman, dan al-nisa.
Pengertian Bahasa Tidak Baku
Istilah bahasa
tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa
nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa
nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa
tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan
berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak
resmi (1981 : 23).
Alwasilah
berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa
memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan
yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan
menulis yang berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku
suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi dalam Barus 2014:7)
Crystal
berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah
ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan
dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
Menurut Buku “Teknik
penulisan Karangan Ilmiah karya Drs. Islachuddin Yahya, M.Pd. Ciri-ciri bahasa
Indonesia yang baku antara lain :
1. Fonografi
(bersistem eja bunyi)
2. Aglutinatif (Dalam
pembentukan kata kejadian bersistem penempelan imbuhan pada bentuk dasarnya).
3. Struktur kalimat
bahasa Indonesia yang membayangkan pola : urutan kata, makna kata, intonasi,
dan situasi.
Pelafalan
sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang
relatif bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan /
keterampilan
Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan
lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Fungsi Kata Baku dan Tidak
Baku
Kata baku bukan hanya ditujukan agar pembicaraan atau
penulisan menjadi lebih resmi, akan tetapi terdapat fungsi lain. Fungsi kata
baku dalam bahasa antara lain:
1. Pemersatu
Pemakaian kata baku penting diterapkan di seluruh wilayah
Indonesia yang berupa kepulauan. Hal ini dapat membuat bahasa menjadi salah
satu alat pemersatu beragam kelompok. Kekhasan dialek bahasa pada masing-masing
kelompok dapat dipersatukan dengan bahasa baku sehingga menjadi satu kesatuan
masyarakat bahasa Indonesia.
2. Pemberi kekhasan
Penggunaan bahasa baku menjadi pembeda dari bahasa yang lain.
Dengan itu penerapan kata atau bahasa baku dapat memperkuat rasa kepribadian
nasional masyarakat Indoensia.
3. Pembawa Wibawa
Penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia dapat
memperlihatkan kewibawaan masyarakat Indonesia itu sendiri. Masyarakat yang bertutur
kata dengan baik dan benar akan memperoleh wibawa dan kehormatan di mata orang
lain. Dan pada akhirnya dapat membuat orang lain kagum atas bahasa Indonesia.
4. Kerangka Acuan
Kaidah dalam penggunaan kata baku menjadi tolak ukur tentang
benar atau tidaknya pemakaian dan penerapan bahasa seseorang.
Fungsi kata baku lebih berkaitan dengan urusan yang berkaitan
dengan bangsa, sedangkan kata tidak baku mempunyai fungsi dalam area yang lebih
kecil. Kata tidak baku berfungsi dalam menciptakan kenyamanan, keakraban, dan
suasana santai ketika bercengkerama atau berkomunikasi dengan keluarga dan
teman.
Pola-pola Kata baku
Misalnya:
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan baik.
Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa
pun, karena semua diangapnya penipu.
Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai
bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di
dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan
lapang dada.
Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi
bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.
Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai
dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.
Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan
dalam musyawarah itu.
Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam
kalimat.
Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja
sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia terima.
Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat
bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap
di dalam kalimat.
Misalnya:
saudaranya
dikomentari
mengotori
harganya
Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai
bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Kepala Kantor pergi keluar negeri.
Rumah orang itu bagus.
Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan
secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam
kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi
I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara
sungguh-sungguh.
Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini,
bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.
Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku
dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah
yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
Faktor
munculnya Kata Non Baku
faktor-faktor yang bisa mengakibatkan munculnya kata tidak baku,
yang diantaranya yaitu sebagai berikut ini:
Yang memakai bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata
yang dia maksud.
Yang memakai bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan
suatu kata, itulah yang mengakibatkan kata tidak baku selalu ada.
Yang memakai bahasa dapat terpengaruh oleh orang-orang yang
terbiasa memakai kata yang tidak baku.
Dan yang terakhir, yang mmemakai bahasa dapat terbiasa memakai kata
tidak baku.
Kesalahan
merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar.
Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari
norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari
kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat
disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah
bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan
(1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik
pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut
mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus
dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul
dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian
atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara
lain:
(Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan
suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu)
a.
Taksonomi kategori linguistik
b. Taksonomi
siasat permukaan
c. Taksonomi
komparatif dan
d.
Taksonomi efek komunikatif.
Pada makalah
ini, akan dijelaskan tentang taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat
permukaan, taksonomi komparatif dan efek komunikatif.
Mengklasifikasikan
kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik
tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan bahwa kesalahan-kesalahan
berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis,
dan kosakata. Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan
bagi bahasa tulisan. Kesalahan morfologi mencakup kesalahan imbuhan dan
perulangan kata. Kesalahan sintaksis mencakup kesalahan frase, klausa, dan
kalimat. Kesalahan leksikon merupakan kesalahan pilihan kata.
Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar
bahasa berubah. Para penutur bahasa mungkin saja :
Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)
Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)
Kesalahan yang
bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya
ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan ditandai oleh
hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik dan
benar. Salah formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang
salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem
atau kelompok morfem.
3.
Taksonomi
Komparatif
Klasifikasi
kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada
perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan
tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan
taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar
Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur
kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai baha pertama. Contoh
lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa Indonesia
sebagai bahasa sasarannya.
Dalam
kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering
dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar
bahasa sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase
atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi
kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy)
didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan
bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Berdasarkan
perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi:
Kesalahan Perkembangan (Development Errors) adalah
kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar
bahasa sasaran sebagai bahasa pertama
Contoh:
Dalam Bahasa Indonesia
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata
nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3)
kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya
partikel di- sebelum kata rumah.
4.
Taksonomi Efek
Komunikatif
Taksonomi efek komunikatif memandang
serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak
atau pembaca (Tarigan, 1988:164).
a.
Kesalahan Antarbahasa
(Interlingual Errors)
Kesalahan
antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan
bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa
menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang
menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam
struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa
ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan
interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa
pertama terhadap bahasa kedua.
Contoh:
Pada contoh
satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam
bahasa Karo (Bandung dariberarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2)
kesalahan terjadi karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda
karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan
tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah
saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh
tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain
(Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t
matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa
Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan
oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah,
bukan keras.
b.
Kesalahan Taksa
(Ambiguous Errors)
Kesalahan taksa
adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan
ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli
sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa
pertama mereka.
Menulis saya (Saya menulis)
Tidur dia (Dia tidur)
Pergi kami (Kami pergi)
Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak /
ibu)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat
ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa
juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
c.
Kesalahan Lain
(Other Errors)
Menurut Dulay
dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak,
menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada
keunikannya bagi para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan
bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan
interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari bahasa
pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara
dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak
dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Contoh:
Kesalahan unik
pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada
kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa
gin.
Jika taksonomi
komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka
taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari
perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena
kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan,
yaitu :
d.
Kesalahan
Global (Global Errors)
Kesalahan
Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat
sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik
kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini
kesalahan “global”. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
Salah menyusun unsur pokok
Misalnya :
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya :
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung
Misalnya :
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang seharusnya :
Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
Hilangnya ciri kalimat pasif
Misalnya :
Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya :
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.\
e.
Kesalahan Lokal
(Local Errors)
Kesalahan lokal
adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya
tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya
terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya
kesalahan “lokal”.
Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain
sebagai berikut.
Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Contoh Kata baku dan Non baku
Contoh kata baku
Kata-kata baku seperti:aktif, pasif, apotek, efektif, karena, foto,
biosfer,bus, objek, november, praktik, negeri, daftar, nasehat, teknik dan
masih banyak lagi.
Contoh kalimat baku
Pada hari ini saya akan pergi ke luar kota.
Pada hari ini saya akan menghadiri rapat pleno.
Contoh Kata Tidak Baku:
Contohnya seperti: praktek, pasip, apotik, efektip, karna, poto,
biosfir, bis, obyek, nasehat, aktip, negri, tekhnik, nopember dan llain
sebagainya. Contoh Kalimatnya: Saya membeli obat di apotik enggal.
Contoh Kalimat Tidak Baku
Saya akan keluar kota hari ini.
Saya akan makan lauk daging hari ini.
BAB III
PENUTUP
Bahasa baku
adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan dasar
ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan
kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai
kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang
berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak
resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti
keluarga, teman, dan lain-lain.
Saran
Sebaiknya kita
lebih peka dalam menggunakan bahasa indonesia agar sesuai dengan kaidah yang
diberlakukan. Disamping mempertahankan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku,
juga sebagai bahasa kebanggaan kita karena mampu menyatukan ribuan pulau dan
etnis dari sabang sampai merauke.
DAFTAR PUSTAKA
https://3mhz.wordpress.com/2013/12/07/makalah-kata-baku-dan-tidak-baku/
http://ariesulistiari.blogspot.co.id/2015/05/analsisi-kesalahan-berbahasa.html
No comments:
Post a Comment