Monday, May 21, 2018

Kata Baku dan Tidak Baku


KATA BAKU DAN TIDAK BAKU BAHASA INDONESIA


Nama Kelompok 2 :

                                                                               1.      Kholifatur Rosyida
                                                                               2.      Arif Bangkit P.
                                                                               3.      Muharrom
                                                                               4.      Nur Alim
                                                                               5.      Sahal Naser
                                                                               6.      Irpandi

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA JAKARTA
FAKULTAS TEKNIK
JAKARTA
2017







KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia . Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada ibu Iqlima Naqia selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.



Jakarta, 17 September 2017
Penyusun


Kelompok 2






















Daftar Isi
     PENDAHULUAN.. 4






BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar  sumpah pemuda. Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi antar etnis yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).

Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang menarik untuk  dibahas tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku, pengertian bahasa Indonesia tidak baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak baku, pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta contoh-contoh kesalahan berbahasa.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut ;
Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
Apa yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa?


Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
Mengetahui pengertian dari bahasa baku.
Mengetahui pengertian bahasa tidak baku.
Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
Mengetahui pengertian bahasa Indonesia tidak baku.
Dapat menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia baku.
Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Mengetahui contoh-contoh kesalahan berbahasa.


























BAB II

PEMBAHASAN


Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan  norma bahasa dan penggunaannya.

Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga, standar).
baku II
saling (1976 : 79)
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata bakujuga ada dijelaskan.
baku I
pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II
saling

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.

baku I
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar
baku II
(Manado), saling (1996 : 144)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.

Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.

Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.

Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).
Bahasa baku merupakan  bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.



 Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Contoh pada Undang-undang dasar :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat dalam  undang-undang tersebut menunjukkan  bahasa baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus


Kata Baku Dalam Berbagai Segi

Baku dari Segi Lafal
Lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi ciri-ciri bahasa daerah atau bahasa asing. Lafal yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul pula dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu. Contoh Enem-Enam, Gubug-gubuk, dudu’-duduk dll.
Baku dari Segi Ejaan
Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972. Nama Ejaan Bahasa Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (disingkat EYD). Oleh karena itu, semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur dalam EYD adalah kata yang tidak baku. Yang ditulis sesuai dengan aturan EYD adalah kata yang baku. Contoh : ekpres,espres-ekspres, komplek-kompleks,sistim-system, do’a-doa,jum’at-Jumat, jadual-jadwal nasehat-nasihat, apotik-apotek, kwalitas,kwalitet=kualitas, kosa kata=kosakata, wali kota=walikota, aktip-aktif, standardisasi=standarisasi, sub-judul=subjudul, dll.
Baku dari Segi Gramatikal
            Secara gramatikal kata-kata baku ini harus dibentuk menurut kaidah-kaidah gramatika. Contoh : Beliau ngontrakrumah di Gresik. Gubernur tinjau daerah longsor. Dia punyakedudukkan penting di kantor itu. Tolong bikin bersih ruangan ini.
Baku dari Segi Nasional
            Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional” hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari bahasa daerah itu sudah bersifat nasional,  artinya, sudah menjadi bagian dari kekayaan kosakata bahasa Indonesia boleh saja digunakan.
Contoh : lempeng-lurus, ndak, nggak-tidak, banget-sekali,sangat
 Semrawut-kacau, manut-menurut, mudun-turun, ngomong-bicara, dll.


Baku dari Bahasa Asing
          Kata serapan dari bahasa asing disebut baku kalau ejaannya telah dibuat menurut pedoman penyesuaian ejaan bahasa asing seperti yang disebutkan dalam EYD maupun dalam buku Pedoman Pembentukan Istilah.
Contoh : standard-standar, standardisasi-standarisasi, kolektip-kolektif certifikat-sertifikat, analisa-analisis, kwantitas-kuantitas, konsekwen-konsekuen, dll.

          Namun, perlu diperhatikan penyesuaian dari bahasa asing yang tidak ditulis dengan huruf latin (seperti bahasa Arab dan bahasa cina) ada yang disebut transkripsi dan tranliterasi. Transkripsi adalah penulisan sesuai dengan “bunyi”, sedangkan transliterasi adalah penyesuaian huruf demi huruf. Umpamanya, dari bahasa Arab secara transkripsi ditulis attakwa, arrahman, annisa; dan secara transliterasi ditulis al-taqwa, al-rahman, dan al-nisa.


Pengertian Bahasa Tidak Baku

Istilah bahasa tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi dalam Barus 2014:7)

Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
      Menurut Buku “Teknik penulisan Karangan Ilmiah karya Drs. Islachuddin Yahya, M.Pd. Ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku antara lain :
1.         Fonografi (bersistem eja bunyi)
2.         Aglutinatif (Dalam pembentukan kata kejadian bersistem penempelan imbuhan pada bentuk dasarnya).
3.         Struktur kalimat bahasa Indonesia yang membayangkan pola : urutan kata, makna kata, intonasi, dan situasi.

Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan
Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.

Fungsi Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku bukan hanya ditujukan agar pembicaraan atau penulisan menjadi lebih resmi, akan tetapi terdapat fungsi lain. Fungsi kata baku dalam bahasa antara lain:
1. Pemersatu
Pemakaian kata baku penting diterapkan di seluruh wilayah Indonesia yang berupa kepulauan. Hal ini dapat membuat bahasa menjadi salah satu alat pemersatu beragam kelompok. Kekhasan dialek bahasa pada masing-masing kelompok dapat dipersatukan dengan bahasa baku sehingga menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa Indonesia.
2. Pemberi kekhasan
Penggunaan bahasa baku menjadi pembeda dari bahasa yang lain. Dengan itu penerapan kata atau bahasa baku dapat memperkuat rasa kepribadian nasional masyarakat Indoensia.
3. Pembawa Wibawa
Penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia dapat memperlihatkan kewibawaan masyarakat Indonesia itu sendiri. Masyarakat yang bertutur kata dengan baik dan benar akan memperoleh wibawa dan kehormatan di mata orang lain. Dan pada akhirnya dapat membuat orang lain kagum atas bahasa Indonesia.
4. Kerangka Acuan
Kaidah dalam penggunaan kata baku menjadi tolak ukur tentang benar atau tidaknya pemakaian dan penerapan bahasa seseorang.
Fungsi kata baku lebih berkaitan dengan urusan yang berkaitan dengan bangsa, sedangkan kata tidak baku mempunyai fungsi dalam area yang lebih kecil. Kata tidak baku berfungsi dalam menciptakan kenyamanan, keakraban, dan suasana santai ketika bercengkerama atau berkomunikasi dengan keluarga dan teman.
Pola-pola Kata baku
Misalnya:
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan baik.
Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.


Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.
Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.
Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. 

Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.

Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.


Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia terima.

Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.


Misalnya:
saudaranya
dikomentari
mengotori
harganya
Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:
Kepala Kantor pergi keluar negeri.
Rumah orang itu bagus.
Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.

Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.
Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).





Faktor munculnya Kata Non Baku
faktor-faktor yang bisa mengakibatkan munculnya kata tidak baku, yang diantaranya yaitu sebagai berikut ini:
Yang memakai bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia maksud.
Yang memakai bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu kata, itulah yang mengakibatkan kata tidak baku selalu ada.
Yang memakai bahasa dapat terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa memakai kata yang tidak baku.
Dan yang terakhir, yang mmemakai bahasa dapat terbiasa memakai kata tidak baku.



Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa

Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).

Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:

(Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu)


a.       Taksonomi kategori linguistik
b.      Taksonomi siasat permukaan
c.       Taksonomi komparatif dan
d.      Taksonomi efek komunikatif.

Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan efek komunikatif.
1.      Taksonomi Kategori Linguistik

Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosakata. Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa tulisan. Kesalahan morfologi mencakup kesalahan imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan sintaksis mencakup kesalahan frase, klausa, dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan kesalahan pilihan kata.


2.      Taksonomi Siasat Permukaan
Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahasa berubah. Para penutur bahasa mungkin saja :
Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)
Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)

Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik dan benar. Salah formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem.

3.      Taksonomi Komparatif

Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai baha pertama. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya.
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).

Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi:
Kesalahan Perkembangan (Development Errors) adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama




Contoh:
Dalam Bahasa Indonesia
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

4.      Taksonomi Efek Komunikatif
Taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca (Tarigan, 1988:164).
a.      Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)
Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.
Contoh:

Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dariberarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.

b.      Kesalahan Taksa (Ambiguous Errors)

Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka.
Menulis saya (Saya menulis)
Tidur dia (Dia tidur)
Pergi kami (Kami pergi)
Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak / ibu)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
c.       Kesalahan Lain (Other Errors)
Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari bahasa pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Contoh:
Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa gin.     
Taksonomi Efek Komunikatif
Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :

d.      Kesalahan Global (Global Errors)
Kesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
Salah menyusun unsur pokok


Misalnya :
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya :
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.

Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung

Misalnya :
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang seharusnya :
Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
Hilangnya ciri kalimat pasif


Misalnya :
 Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya :
 Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.\

e.       Kesalahan Lokal (Local Errors)

Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

Yang seharusnya:
Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

Contoh Kata baku dan Non baku
Contoh kata baku

Kata-kata baku seperti:aktif, pasif, apotek, efektif, karena, foto, biosfer,bus, objek, november, praktik, negeri, daftar, nasehat, teknik dan masih banyak lagi.

Contoh kalimat baku

Pada hari ini saya akan pergi ke luar kota.
Pada hari ini saya akan menghadiri rapat pleno.

Contoh Kata Tidak Baku:

Contohnya seperti: praktek, pasip, apotik, efektip, karna, poto, biosfir, bis, obyek, nasehat, aktip, negri, tekhnik, nopember dan llain sebagainya. Contoh Kalimatnya: Saya membeli obat di apotik enggal.
Contoh Kalimat Tidak Baku

Saya akan keluar kota hari ini.
Saya akan makan lauk daging hari ini.


BAB III

PENUTUP


Kesimpulan

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.

Saran
Sebaiknya kita lebih peka dalam menggunakan bahasa indonesia agar sesuai dengan kaidah yang diberlakukan. Disamping mempertahankan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, juga sebagai bahasa kebanggaan kita karena mampu menyatukan ribuan pulau dan etnis dari sabang sampai merauke.






















DAFTAR PUSTAKA
https://3mhz.wordpress.com/2013/12/07/makalah-kata-baku-dan-tidak-baku/
http://ariesulistiari.blogspot.co.id/2015/05/analsisi-kesalahan-berbahasa.html

No comments: